SITUASI - Prevalensi DM pada penduduk Usia ≥ 15 Tahun (Berdasarkan diagnosa dokter 2%)
- Prevalensi DM Menurut kelompok umur berdasarkan diagnosa dokter
- 15-24 : 0,1%
- 25-34 : 0,2%
- 35-44 : 1,1%
- 45-54 : 3,9%
- 55-64 : 6,3%
- 65-74 : 6,0%
- 75+ : 3,3%
- Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah menurut konsensus Perkeni 2011 : 8,5%
- Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah menurut konsensus Perkeni 2015 : 10,6%
- Prevalensi DM Menurut kelompok umur berdasarkan pemeriksaan darah Konsensus 2011 dan 2015
- 15-24 : 1,6% dan 2,0%
- 25-34 : 2,8% dan 4,1%
- 35-44 : 6,6% dan 8,6%
- 45-54 : 11,5% dan 14,4%
- 55-64 : 15,6% dan 19,6%
- 65-74 : 15,1% dan 19,6%
- 75+ : 13,5% dan 17,0%
- DM mengakibatkan tingginya angka kematian (Urutan 3 terbesar)
- Mengakibatkan kematian dan disabilitas (Urutan 4 terbesar)
- 15-24 : 0,1%
- 25-34 : 0,2%
- 35-44 : 1,1%
- 45-54 : 3,9%
- 55-64 : 6,3%
- 65-74 : 6,0%
- 75+ : 3,3%
- 15-24 : 1,6% dan 2,0%
- 25-34 : 2,8% dan 4,1%
- 35-44 : 6,6% dan 8,6%
- 45-54 : 11,5% dan 14,4%
- 55-64 : 15,6% dan 19,6%
- 65-74 : 15,1% dan 19,6%
- 75+ : 13,5% dan 17,0%
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko dikelompokan menjadi
yang bisa diubah dan yang tidak bisa di ubah.
- Faktor risiko yang tidak bisa diubah meliputi :
- Umur,
- Jenis Kelamin dan
- Genetik
- Faktor risiko yang bisa diubah meliputi faktor risiko perilaku diantaranya :
- Pola makan yang tidak sehat dan seimbang (Tinggi konsumsi gula, garam, lemak (GGL),
- kurang konsumsi sayur dan buah),
- Kurang aktivitas fisik,
- Merokok,
- Konsumsi alkohol,
- Obesitas umum,
- Obesitas sentral,
- Hipertnesi
PERMASALAHAN
- Lambatnya penanganan kasus DM yang berdampak pada terjadinya komplikasi dan kematian dini, yang diakibatkan oleh kasus lambat terdeteksi
- Hanya 3 dari 10 penderita PTM termasuk DM yang mengetahui diri mereka sakit
- Dari 3 orang yang terdeteksi hanya 1 yang berobat secara teratur, sehingga banyaknya kasus DM yang tidak terkontrol akibat tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar
- Diantara kasus DM yang tidak berobat secara teratur bisa diakibatkan oleh kunjungan ke fasyankes yang tidak sesuai jadwal atau tidak meminum obat sesuai dengan anjuran dokter
- Alasan tidak rutin minum obat/suntik insulisn : merasa sudah sehat ( 50,4), tidak rutin berobat ke fasyankes ( 30,2), minum obat tradisional ( 25,2), Sering lupa ( 18,8), Tidak tahan efek samping obat ( 12,6), tidak mampu beli obat secara rutin ( 8,5)
- Tingginya beban biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan DM (6,5 T pada tahun 2020)
- Meningkatnya prevalensi faktor risiko merupakan ancaman yang nantinya akan berdampak pada semakin tingginya peningkatan kasus DM di Indonesia
PESAN- Pentingnya deteksi dini untuk meminimalisir resiko terlambatnya penanganan penderita DM akibat terlambat terdeteksi
- Penerapan Pola hidup PATUH bagi penderita DM sesuai jargon yang telah di promosikan oleh Dit, P2PTM
- P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
- A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
- T : Tetap diet dengan gizi sehat dan seimbang
- U : Upayakan aktivitas fisik dengan aman
- H : Hondari asap rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya
- Pentingnya promosi kesehatan untuk meningkatkan awareness dan kemandirian masyarakat untuk menerapkan pola hidup CERDIK dan PATUH
- Lambatnya penanganan kasus DM yang berdampak pada terjadinya komplikasi dan kematian dini, yang diakibatkan oleh kasus lambat terdeteksi
- Hanya 3 dari 10 penderita PTM termasuk DM yang mengetahui diri mereka sakit
- Dari 3 orang yang terdeteksi hanya 1 yang berobat secara teratur, sehingga banyaknya kasus DM yang tidak terkontrol akibat tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar
- Diantara kasus DM yang tidak berobat secara teratur bisa diakibatkan oleh kunjungan ke fasyankes yang tidak sesuai jadwal atau tidak meminum obat sesuai dengan anjuran dokter
- Alasan tidak rutin minum obat/suntik insulisn : merasa sudah sehat ( 50,4), tidak rutin berobat ke fasyankes ( 30,2), minum obat tradisional ( 25,2), Sering lupa ( 18,8), Tidak tahan efek samping obat ( 12,6), tidak mampu beli obat secara rutin ( 8,5)
- Tingginya beban biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan DM (6,5 T pada tahun 2020)
- Meningkatnya prevalensi faktor risiko merupakan ancaman yang nantinya akan berdampak pada semakin tingginya peningkatan kasus DM di Indonesia
PESAN
- Pentingnya deteksi dini untuk meminimalisir resiko terlambatnya penanganan penderita DM akibat terlambat terdeteksi
- Penerapan Pola hidup PATUH bagi penderita DM sesuai jargon yang telah di promosikan oleh Dit, P2PTM
- P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
- A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
- T : Tetap diet dengan gizi sehat dan seimbang
- U : Upayakan aktivitas fisik dengan aman
- H : Hondari asap rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya
- Pentingnya promosi kesehatan untuk meningkatkan awareness dan kemandirian masyarakat untuk menerapkan pola hidup CERDIK dan PATUH
Post a Comment
Post a Comment