Kurangnya Empati Seorang Petinggi |
Baru-baru ini muncul polemik di masyarakat, yang memperbincangkan aksi seorang menteri sosial yang terlihat memaksa seorang tuna rungu untuk berbicara secara verbal. Aksi ini terjadi saat Ibu Risma menghadiri acara peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan di Kementerian Sosial pada hari Rabu 1 Desember 2021.
Saat itu menteri Risma yang berada di panggung bersama penyandang disabilitas, tuna rungu yang bernama Aldi dan beberapa orang lainnya. Saat acara berlangsung Ibu Risma meminta Aldi untuk berbicara secara verbal dengan mengeluarkan suara. Aldi yang memiliki keterbatasan yaitu tuna rungu dimana kesehariannya menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi tidak menggunakan bahasa verbal, hanya bisa terdiam melihat aksi sang menteri sosial yang memintanya berkali-kali untuk berbicara mengeluarkan suara.
Aksi inipun mendapatkan kecaman dari berbagai pihak, walaupun Ibu Risma berdalih tidak berniat memaksa penyandang tuna rungu ini untuk berbicara tetapi lebih sebagai upaya untuk memotivasi penyandang tuna rungu untuk bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Tetapi aksi yang dilakukan secara spontan dan frontal ini terkesan mendesak dan tidak memperhatikan kondisi psikologis seseorang yang memiliki keterbatasan apalagi hal ini dilakukan di ruang publik yang disaksikan oleh banyak orang di hari spesialnya mereka.
Setiap aksi selalu diiringi oleh reaksi oleh sebab itu aksi perlu di awali dengan pemikiran, pertimbangan, kehati-hatian. Terutama untuk pejabat publik yang setiap tindakannya mendapatkan perhatian dan ada tanggung jawab yang mengikat untuk selalu bertindak tepat.
Seorang pemimpin harusnya memiliki tingkat analisis dan sensitifitas yang kuat, karena banyak harapan yang ditumpangkan untuk kebaikan bangsa dan negara terutama untuk masyarakat yang sejahtera. Mereka terpilih ataupun dipilih memang dengan berbagai alasan apakah memang memiliki kemampuan atau sekedar untuk sebuah kepentingan. Tapi apapun alasannya yang rakyat tahu mereka berarti memiliki kemampuan atau mau tidak mau "wajib" memiliki kemampuan untuk berbuat lebih baik, sesuai dengan tugas yang di embannya. Oleh sebab itu pentingnya memantaskan diri untuk sebuah posisi yang dianugerahkan kepadanya. Bukan malah membuat pemakluman dari setiap kata dan kebijakan yang dikeluarkannya.
Setiap posisi adalah amanat yang nantinya akan diminta pertanggung jawaban. Semakin tinggi posisinya maka akan semakin tinggi beban yang akan dipikul. Semakin memiliki tanggung jawab untuk lingkup yang luas. Ada asa yang dititipkan.
Harapan rakyat yang diberikan kepada seorang petinggi akan runtuh jika sang petinggi hanya berbuat sesukanya, hanya berbuat untuk keuntungannya atau bertindak dari sudut padangnya tanpa mencoba mengerti dan mencoba memahami sudut pandang rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi di negeri ini. Apalagi dari sudut pandang manusia-manusia pilihan yang memiliki keistimewaan bukan keterbatasan.
Berpikirlah secara cerdas, lihatlah secara luas
Tingkatkan sensitifitas agar kita semua paham secara mendalam
Sudut pandang yang berbeda di dunia yang sangat banyak variasinya
Post a Comment
Post a Comment